Cultivation Theory (teori kultivasi)


Teori kultivasi merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan ketrekaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindakan kekerasan. Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan, mereka yakini terjadi juga dalam  kehidupan sehari-hari”.
           Salah satu efek dari teori kultivasi adalah ‘Mean World Syndrom’ adalah para penoton berat atau yang dikenal dengan sebutan ‘heavy viewer’ menganggap bahwa dunia nyata atau kehidupan yang nyata lebih buruk dibandingkan dengan dunia tv. Mereka menganggap bahwa dunia nyata sebagai tempat yang kumuh dan keras. Oleh karena itu penonton berat selalu takut dan berhati-hati pada dunia nyata (Phillips). Gerbner dan relasinya menyatakan bahwa para penonton berat yang menonton kekerasan di tv sadar dan kembali percaya bahwa kekerasan dunia nyata lebih tinggi daripada pemikiran para penonton ringan atau ‘light viewer’. Mereka menyebutnya sebagai mainstreaming efek.
Frederick William (1985), tentang penelitian yang sama mengatakan, orang yang merupakan pecandu tv seringkali mempunyai sikap stereotype tentang peran dokter, bandit, atau tokoh-tokoh lain yang bisa muncul dalam serial tv. Dalam dunia mereka, ibu rumah tangga mungkin digambarkan sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam hal mengurus kegiatan dalam rumah tangga dan berperan lebih besar dari yang lainnya, seperti dalam hal menangani kebersihan ‘kamar kecil’. Suami adalah orang yang selalu menjadi korban dalam kisah lucu. Perwira polisi menjalani hari-hari yang menyenangkan. Orang ‘mati’ tanpa mengalami sekarat dan semua bandit berwajah seram.
Televisi merupakan sistem penceritaan yang terpusat. Ia merupakan bagian paket kehidupan kita hari-hari. Televisi dari sejak masa-masa awalnya menumbuhkan kecenderungan dan keinginan yang bisa didapat dari sumber-sumber lainnya. Televisi telah menjadi sumber bersama yang utama untuk sosialisasi dan informasi sehari-hari (sebagian besar untuk hiburan) bagi populasi yang sebetulnya heterogen. Gerbner menyebut efek ini sebagai efek kultivasi karena tv dipercaya dapat membuat budaya homogen.
Kelemahan teori kultivikasi
Para penganut teori kultivasi cenderung memandang sebelah mata adanya dinamika sosial di dalam memanfaatkan siaran tv. Faktor interaksi seperti tahap pembangunan pengalaman penonton, pengetahuan, etnis, jenis kelamin, suasana penonotn, siap dan kondisi sosial ekonomi kelarga semua itu punya andil di dalam mempengrauhi interpretasi yang dilakukan penonton. Bahkan ketika penonton mempunyai banyak pengalaman hidup langsung tentang apa yang disiarkan tv, semua itu mungkin cenderung akan mengurangi efek kultivasi.
Beberapa teori mutakhir menekankan bahwa penonton itu sebenarnya aktif juga dalam usaha menekan kekuatan pengaruh tv seperti yang tidak diasumsikan dalam teori kultivasi. Teori kultivasi menganggap bahwa penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton tv dan tidak menyediakan perbedaan yang mungkin muncul ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran tv.
Penonton tidak perlu secara pasif menerima ‘kenyataan’ apa yang mereka lihat di tv. Justru penonton diharapkan dapat lebih kritis agar tidak terpengaruh efek negatif dari tv sehingga efek kultivasi yang negatif yang tidak diharapkan tidak terjadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Makanan Penting untuk Warna Kulit Lebih Cerah

Pengendalian Hama Fisik dan Mekanik